Kamis, 21 Februari 2013

MENGHAKIMI YG DIPERBOLEHKAN


Saudara terkasih dalam Kristus Yesus :
Misalnya Ada berita seorang hamba Tuhan melakukan perbuatan tidak terpuji…. Dan hal ini sedang dalam ‘penyelesaian secara hukum’. Jadi kalau masih sedang dalam sebuah ‘penyelesaian secara hukum’ berarti perkara ini masih / sedang berjalan belum tuntas, belum ada keputusan secara hukum SALAH atau TIDAK SALAH.

Menghadapi hal semacam itu, yang beritanya ‘sedang dalam penyelesaian’ sudah tersebar luas melalui media cetak (Koran), media elektronik (tv, radio, internet)… Bagaimanakah seharusnya sikap saudara dan saya sebagai orang Kristen menghadapinya ?

Bolehkah orang Kristen menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu ‘topik’ pembicaraan ?

Disini ada beberapa pandangan, dan tentunya, kita tidak bisa melarang orang membicarakan hal tersebut karena sudah tersebar luas (bukan rahasia lagi), dan tentunya PASTI ADA 2(DUA) OPINI yang berbeda :
1. Yang membenarkan,
 2. Yang menyangkal.
Nah, saudara kekasih Tuhan, kalimat ”jangan menghakimi” mulai dipakai dalam argumentasi ini. Terutama bagi mereka yang berpendirian ”menyangkal”. Biasanya mereka akan mengatakan ”jangan menghakimi.....” karena menurut pandangannya, orang yang ’dibela’ itu tidak bersalah apa apa, apalagi kalau yang ’membenarkan’ berita itu orang Kristen...

Sebenarnya, pernahkah dipikirkan secara dewasa , jujur dan bijaksana bahwa orang yang ’menyangkal’ dan mengatakan kata ”jangan menghakimi” itu, pada saat itu juga tanpa ia sadari, JUSTERU SEDANG MENGHAKIMI pihak ’lawan’-nya, bukan ? Jadi : berarti pula keduabelah pihak itu SEDANG SALING MENGHAKIMI ! satu sisi menghakimi dengan “menyalahkan”, sisi lain menghakimi dengan “menyangkal / membela”...

Hal ini jadi sangat menarik untuk di analisa secara alkitabiah khususnya buat kita yang sama sama orang Kristen, yang tentunya menerima ajaran dari Tuhan Yesus yang sama. Kalau masalah ’hakim-menghakimi’ ini tidak jelas bagi umat-NYA, maka sangat besar kemungkinan alasan ini bisa dimanfaatkan oleh nabi-nabi palsu dalam menutupi kejahatan yang mereka sedang atau sudah perbuat, dan menjadi jalan lari bagi mereka yang sudah merasa doktrin mereka tersudutkan oleh ayat-ayat Alkitab, atau yang tidak berminat sama sekali untuk menyelidiki kebenaran dari Kitab Suci.

Karena hal semacam ini muncul dengan begitu kerapnya, maka sungguh penting bagi setiap orang percaya untuk mengerti dengan benar mengenai masalah “menghakimi” dalam Alkitab. Benarkah bahwa orang Kristen tidak boleh menghakimi? Apakah ini sama dengan tidak boleh menyatakan kesalahan orang lain? Kesalahpahaman mengenai masalah ini begitu besar, sehingga banyak orang yang akan kaget jika diberitahu, bahwa :

1. Tuhan Ijinkan Orang Percaya untuk Menghakimi
Banyak orang Kristen tidak pernah membaca Yohanes 7:24, yang berisi perintah Yesus: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Walaupun Tuhan Yesus tidak merincikan tentang cara menghakimi yang benar, tetapi jelas sekali bahwa Tuhan mengijinkan, dan bahkan mengharapkan, bahwa orang percaya menghakimi dengan adil. Bertentangan dengan opini umum, orang percaya bukan tidak boleh menghakimi! Sebaliknya, ORANG PERCAYA DIHARAPKAN UNTUK MENGHAKIMI DENGAN ADIL.

2. Arti Kata “Menghakimi”
Di dalam benak banyak orang, kata “menghakimi” memiliki konotasi yang negatif. Bahkan, ada orang mengidentikkan “menghakimi” dengan “menghukum.” Orang-orang yang berkata bahwa “orang Kristen tidak boleh menghakimi,” sama sekali tidak mengerti arti kata “menghakimi.” Kita bisa bertanya balik, apa maksud anda “tidak boleh menghakimi.” ? Apakah orang Kristen tidak boleh punya penilaian tentang apapun juga? Apakah orang Kristen tidak boleh berpendapat ? Apakah orang Kristen tidak boleh memeriksa? Mereka yang dengan buta berkata “jangan menghakimi” sama saja berkata: “orang Kristen tidak boleh menilai apa-apa,” atau “orang Kristen tidak boleh memiliki pendapat tentang apapun.” Ketika seseorang berpendapat tentang sesuatu hal, maka ia sudah melakukan penghakiman! Adalah sesuatu yang sangat konyol, jika ada yang secara universal melarang untuk “menghakimi.”

Sekali lagi kita lihat, kata “penghakiman” sebenarnya berbeda dengan kata “penghukuman.” Walaupun demikian, dalam konteks tertentu, “penghakiman” dapat disamakan dengan “penghukuman.” Misalnya, pernyataan bahwa Allah akan “menghakimi” dunia. Menghakimi di sini dapat disamakan dengan “menghukum,” karena Allah akan menilai dunia, dan mendapatkannya jahat, dan tentu akan menghukumnya.
Jadi, apakah seseorang senang dihakimi atau tidak, tergantung kepada status dirinya. Orang percaya akan menghadap takhta pengadilan Kristus suatu hari, untuk dihakimi Tuhan mengenai pekerjaannya (bukan masalah keselamatan). Orang yang sudah bekerja sekuat tenaga bagi Tuhan sesuai FirmanNya, akan mendapat sukacita pada hari itu, ketika Tuhan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan hidupnya, atau yang “melayani” bertentangan dengan Firman Tuhan, justru akan malu pada hari itu. Jadi, penghakiman tidaklah selalu hal yang buruk! Itu tergantung pada orang atau hal yang dihakimi atau dinilai!


3. Alkitab Melarang Menghakimi Hanya Dalam Konteks Tertentu
Ayat yang paling sering disalahgunakan dalam hal “menghakimi” adalah Matius 7:1, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Terlalu banyak orang, yang tanpa pengertian dan sekedar membeo, memakai ayat ini untuk bersembunyi dari kebenaran, seolah-olah ayat ini memberi mereka hak untuk mengabaikan teguran-teguran dan nasihat-nasihat yang menyatakan kesalahan mereka.

Dalam menafsir Alkitab, salah satu prinsip yang paling penting adalah bahwa penafsir harus selalu memperhatikan konteks. Apakah Matius 7:1 melarang segala jenis penghakiman? Prinsip lain dalam penafsiran Alkitab adalah bahwa Alkitab konsisten secara internal. Tidak ada ayat ayat yang bertentangan. Oleh karena itu, jika Tuhan mengharapkan, dan mengijinkan orang percaya untuk menghakimi di bagian Firman Tuhan lain, maka ayat ini tidak mungkin melarang semua jenis penghakiman. Dan setelah meneliti konteks Matius 7:1-5, maka jelaslah bahwa dalam perikop ini TUHAN MELARANG PENGHAKIMAN YANG MUNAFIK. Hal ini terlihat jelas dari nasihat Tuhan: “keluarkanlah dahulu balok dari matamu.” Tuhan tidak ingin orang yang hanya ingin mengorek kesalahan orang lain sebagai suatu serangan, padahal dirinya melakukan kesalahan yang sama dan yang lebih besar lagi.
Pelajari lagi : Yohanes 7:24, yang berisi perintah Yesus: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.”

Prinsip yang sama (internal consistency dan konteks) dapat kita terapkan pada perikop-perikop lain yang melarang orang percaya untuk menghakimi. Sekilas Paulus sepertinya tidak mau orang Korintus menghakimi sebelum kedatangan kedua Kristus (1 Kor. 4:5). “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Tetapi, jika kita cocokkan dengan pernyataan Paulus lainnya tentang menghakimi, dan kita lihat lebih teliti ayat ini lebih cermat lagi, kita dapatkan bahwa di sini Paulus mengajarkan untuk TIDAK MENGHAKIMI HAL-HAL YANG TERSEMBUNYI.

Ini sangat penting dan harus dimengerti dengan jelas dan jujur : Maksudnya, orang percaya janganlah sok menghakimi hal-hal yang tidak mungkin ia ketahui, melainkan hanya ia duga-duga saja, yaitu hati orang lain. Banyak orang sok menghakimi hati dan motivasi orang lain yang terdalam. Sikap seperti ini tidak benar. Kita bisa menilai kelakuan orang, karena memang terlihat; tetapi mengenai hal-hal yang berada dalam hati seseorang yang tidak ia nyatakan, jangan kita terburu-buru untuk memastikannya.

Prinsip ini dipraktekkan sendiri oleh Rasul Paulus. Dalam 1 Korintus 4:5, dia mengatakan “jangan menghakimi.” Tetapi tidak lama kemudian masih dalam surat yang sama kepada jemaat Korintus, Paulus berkomentar tentang seorang anggota jemaat di sana yang berbuat dosa zinah: “Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku sama seperti aku hadir telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu” (1 Kor. 5:3). Kata “menjatuhkan hukuman” dalam bahasa Yunaninya berasal dari kata krino, kata yang persis sama diterjemahkan “menghakimi” di 1 Kor. 4:5. Bagaimana ini? Apakah Paulus sedemikian tidak konsisten? Baru saja dia mengajarkan “jangan menghakimi” (1 Kor. 4:5), kenapa malah dia sendiri “menghakimi” (menjatuhkan hukuman, 1 Kor. 5:3)? Jawabannya sederhana. Dalam 1 Kor. 4:5, Paulus mengajar orang percaya untuk tidak menghakimi hati orang (sesuatu yang tidak dapat diketahui dari luar), tetapi dalam 5:3, Paulus menghakimi perbuatan orang yang memang nyata. Ada anggota jemaat Korintus yang melakukan zinah (1 Kor. 5:1-2), dan ini adalah yang hal yang nyata, yang dapat segera dibandingkan dengan pengajaran Alkitab. Rupanya untuk hal seperti ini Paulus tidak segan segan menghakimi, bahkan memberi hukuman!

Jadi prinsip ini harus diulang lagi. Untuk hal yang tidak dapat diketahui, misalnya isi hati orang, janganlah menghakimi. Kalau kita melihat seseorang memberi persembahan, janganlah kita menghakimi hatinya, “ah, pasti dia tidak tulus.” Itu adalah penghakiman yang dilarang, karena kita tidak bisa tahu hati orang tersebut. Atau kalau kita melihat ada jemaat baru (jiwa baru) dalam gereja ex. Seorang yang reputasinya jelek tapi ia sudah mau bertobat, jangan kita menghakimi dia dengan kata ”ia datang hanya pura pura saja...” dan lain sejenisnya. Tunggulah hingga Tuhan datang kembali. “Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati” (1 Kor. 4:5).

Tetapi, kalau ada seseorang mencuri kas gereja, apakah kita boleh berkata, “itu salah”? Jelas boleh ! Bukan hanya boleh, bahkan harus ditegur dan bila perlu dikenakan disiplin jemaat. Itu karena hal ini bukan barang tersembunyi, melainkan barang yang jelas dan dapat langsung dicek dan diperbandingkan dengan Firman Tuhan. Tetapi sebelum kasus ini jelas (sudah dibuktikan dengan cara hukum), janganlah kita ’mendahului’ menghakimi dan memutuskan orang tersebut bersalah ! Namun, secara adil, juga jangan ’mendahului’ menghakimi dan memutuskan orang tersebut tidak bersalah, hanya menjadi korban fitnahan !

Prinsip yang sama berlaku untuk doktrin. Ketika ada pengajaran yang salah, yang tidak sesuai Firman Tuhan, bolehkah kita menyerukan: “itu salah,” atau “itu sesat”? Jelas ! Bukan hanya boleh, malah harus ditegur. “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim. 4:2).
1 Korintus 4:5 tidak dapat dipakai untuk melarang orang Kristen menyelidiki doktrin yang diajarkan seseorang dan menyatakannya benar atau salah !

Sayangnya, ketika ditegur mengenai doktrin yang salah, banyak orang lari ke Roma 14:4-14. Mereka bersembunyi dibalik kalimat: “Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!” (ay. 13). Mereka tidak mau menyelidiki lebih lanjut, “menghakimi” seperti apa yang dilarang oleh Paulus. Mereka tidak mau peduli bahwa Tuhan tidak mungkin melarang orang percaya untuk saling bersaksi tentang kebenaran, saling menegur kesalahan sesamanya.

Pada kenyataannya, dalam Roma 14, PAULUS TIDAK INGIN ORANG PERCAYA SALING MENGHAKIMI DALAM HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR OLEH ALKITAB. Paulus memberi contoh 2(dua)  hal, yaitu dalam hal makanan dan hari-hari raya. Alkitab tidak mengatur bahwa orang percaya harus makan suatu jenis makanan, atau tidak boleh makan makanan lain. Alkitab mengatakan bahwa semua makanan halal, tetapi tidak mengharuskan orang untuk makan semua makanan. Oleh karena itu, orang percaya jangan saling menghakimi jika ada sesamanya yang memilih untuk makan sesuatu atau jika ia memilih untuk tidak makan sesuatu.

Mengenai hari-hari raya, Alkitab juga tidak melarang atau menganjurkan orang percaya untuk ikut dalam berbagai hari raya. Kita melihat aplikasinya dalam kebebasan orang percaya untuk ikut atau tidak ikut . Boleh saja mengikuti selama semua itu yang TIDAK MELANGGAR PRINSIP ALKITAB.
Yang terakhir, kita lihat dalam Yohanes 7:24, bahwa ORANG KRISTEN TIDAK BOLEH MENGHAKIMI HANYA DARI SUDUT LAHIRIAH, MELAINKAN SECARA ADIL. Ini berarti penghakiman kita haruslah didasarkan pada Firman Tuhan yang maha adil.

Contoh :
Orang Israel tahu, Taurat melarang orang berzinah, maka saat mereka menemukan seorang perempuan berzinah, merekapun mendobrak pintu, si pria segera kabur, si wanita ditangkap dan dihadapkan pada Yesus dengan pakaian ala kadarnya, menangis tersedu-sedu, menahan rasa malu. Kata mereka "Rabi, menurut ajaran Musa, orang yang berzinah harus dirajam batu sampai mati". Siapa tidak tahu perintah itu, mereka adalah orang-orang yang mengerti bahkan menghafal Taurat, tapi apa gunanya mereka mengerti Taurat? mematikan or­ang sambil membanggakan diri telah menjalankan Taurat. Yesus tidak menjawab, karena Dia tahu pikiran mereka yang jahat.

Dalam satu “KEADILAN”, kalau memang orang yang berzinah harus dirajam batu sampai mati, mengapa mereka melepas si pria, hanya menangkap si wanita yang lemah? Taurat menyatakan keadilan Tuhan, mereka yang sudah mendengar Taurat bukan saja tidak mengerti keadilan Tuhan malah melawan keadilanNya, bukankah itu berarti dosa mereka double, mengundang hukuman ganda dari Tuhan.

Terlihat di sini, orang beragama yang tidak sungguh-sungguh mengerti apa itu agama akan memperalat agama untuk melampiaskan sifat dosanya, itu lebih berbahaya dari or­ang yang tidak mengenal Allah.

Sungguh, kejahatan yang terselubung; yang tidak kita sadari akan sedikit demi sedikit muncul, mana kala kita tidak mengerti prinsip total dari Taurat dengan baik: bukan hanya supaya kita mengenal Tuhan, menyadari keberadaan kita yang berdosa, juga supaya kita datang pada Tuhan, minta pengampunanNya, berharap pada anugerah Yesus Kristus yang sejati. Orang Israel berkata: Rabi, menurut ajaran Taurat, wanita ini harus dirajam batu sampai mati, bagaimana pendapatMu? Kalau Yesus menjawab ya, Dia masuk perangkap mereka. Kalau Yesus menjawab: tidak, Dia melanggar Taurat Musa dan Diapun harus mati. Maka Yesus tidak menjawab ya atau tidak: boleh atau tidak boleh. Dia menjawab dengan bijaksana, siapa di antara kamu yang tidak berdosa boleh pertama-tama melempari dia dengan batu ( bukan merajam batu sampai mati ) Itu artinya, saat mereka hendak melempari dia, perlu berpikir dulu: aku sendiri punya dosa atau tidak. (Mereka tahu merekapun telah berdosa karena sudah melepaskan lelaki yang berzinah itu, tapi hanya mau menghukum di wanita saja. = TIDAK ADIL.)

4. Orang Kristen Perlu Melakukan Penghakiman (Dalam kontek tertentu)
Jika kita mengerti bahwa arti dasar kata “menghakimi” adalah “memutuskan atau membuat penilaian tentang suatu hal,” maka jelaslah bahwa bukan saja orang percaya boleh menghakimi, bahkan ORANG PERCAYA HARUS MENGHAKIMI. Dalam hal-hal apa saja orang percaya harus menghakimi? Orang percaya harus menghakimi terutama dalam hal : PENGAJARAN..

Tuhan menyuruh kita untuk berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu (Mat. 7:15). Bagaimanakah kita dapat waspada terhadap mereka, jika kita tidak menilai mereka? Paulus berkata, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” (Rom. 16:17). Bagaimana kita dapat waspada dan menghindari orangorang ini jika kita tidak menghakimi mereka?

Alkitab mengharuskan setiap orang hamba Tuhan yang setia untuk “menyatakan kesalahan,” dan “menegor” (2 Tim. 4:2). Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa menghakimi. Sangat penting sekali untuk memperhatikan juga di sini, bahwa Tuhan ingin agar orang yang mengenal kebenaran, memberitahukan kesalahan orang lain yang belum tahu akan hal itu. Tetapi, bukan disuruh ”mencari-cari kesalahan” orang lain !

Seharusnya, setiap orang Kristen yang ditegur kesalahannya, tidak marah, melainkan merenung, dan menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui kebenarannya. Ketahuilah, bahwa orang yang menegur anda, sebenarnya sangat mengasihi anda. Bahkan ia rela mengambil resiko dibenci oleh anda, agar anda bisa sampai kepada kebenaran.

Selain itu, orang percaya harus menghakimi perbuatan anggota-anggota gereja yang salah dan memang bertentangan dengan prinsip prinsip alkitab. Salah satu fungsi gereja adalah untuk menjadi tempat orang-orang percaya bertumbuh. Dalam proses pertumbuhan, ada proses pendisiplinan. Anggota-anggota gereja yang berbuat dosa, harus ditertibkan. Hal ini diajarkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 5. Ada anggota jemaat Korintus yang berbuat zinah, dan Paulus menekankan bahwa orang itu harus dikeluarkan dari jemaat. “Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu” (1 Kor. 5:12-13).

Sungguh aneh jika ada orang yang ‘pukul rata’ berkata bahwa “orang Kristen tidak boleh menghakimi.” tanpa mengetahui kebenaran sesungguhnya (karena tidak mau belajar) Mari kita renungkan secara benar, melalui pembahasan singkat Firman Tuhan ini, anda dapat menentukan, MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI.

Tuhan YESUS memberkati.
By : John W. Kang.

Dikutip dari sini.

3 komentar:

  1. terima kasih ; bermanfaat .

    BalasHapus
  2. Paulus memberikan sanksi atas kewenangannya, begitu pula semestinya aparat negara yang berwenang dapat menghakimi dan memberikan sanksi. Tetapi permasalahannya adalah banyaknya orang Kristen yang menghakimi tanpa memiliki hak atas itu atau bahkan tidak mengerti dengan jelas permasalahannya.
    Banyak pula diantara kita menghakimi bukan berdasarkan pada kasih untuk menegur, melainkan keinginan untuk memuaskan diri sendiri.

    BalasHapus
  3. Woiw...sungguh membangun dan membuka pemahaman saya selama ini... Trims pastor...

    BalasHapus