Selasa, 26 Februari 2013

ABRAHAM MENJAMU MALAIKAT

KEJADIAN 18:1-15
Dalam Kej 18, Tuhan menampakkan diri kepada Abraham (ay 1), dengan 2 tujuan:
·        menguatkan iman Sara (ay 9-15).
·        memberitakan hukuman Sodom dan Gomora (ay 16-33).
Dalam ay 2 dikatakan bahwa Abraham melihat 3 orang. Banyak orang yang menganggap bahwa 3 orang ini adalah perwujudan dari 3 pribadi dalam Allah Tritunggal. Tetapi ini adalah pandangan yang salah! Dari 3 orang itu, hanya salah satu adalah Allah, sedangkan yang dua adalah malaikat biasa.
Alasannya:
¨      dari ay 13 terlihat bahwa setidaknya salah satu dari 3 orang itu adalah Allah / YAHWEH / YEHOVAH sendiri (kata ‘TUHAN’ dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH).
¨      dari ay 22 dan Kej 19:1, terlihat jelas bahwa 2 orang meninggalkan Abraham sendirian dengan TUHAN, dan dua orang itu adalah 2 malaikat.
I) Keramah-tamahan Abraham dalam menerima tamu.
 
1)   Mula-mula Abraham tidak tahu bahwa 3 orang itu adalah Allah dan 2 malaikat. Ia baru mengetahui hal itu pada ay 9-10, karena dalam ay 9, orang itu bisa tahu nama istrinya adalah Sara, dan dalam ay 10, orang itu memberikan janji anak.
Memang ada penafsir yang menganggap bahwa dari semula Abraham tahu bahwa 3 orang itu adalah Allah + 2 malai­kat.
Dasarnya:
·        ay 2, Abraham sujud kepada mereka.
·        ay 3, Abraham menyebut ‘tuanku’ [NIV: ‘my lord’ (= Tuhanku)].
Tetapi saya tetap tak setuju dengan pandangan ini kare­na:
 
a)   Pada jaman Perjanjian Lama, sujud dilakukan bukan hanya terhadap Allah, tetapi juga terhadap:
·        raja, pangeran, dsb (bdk. Kej 42:6  2Sam 9:8).
·        orang biasa / yang sederajad (Kej 23:7  33:6-7).
Karena itu, dari sujudnya Abraham, kita belum bisa menyimpulkan bahwa Abraham tahu bahwa 3 orang itu adalah Allah dan 2 malaikat.
 
b)   Pembahasan kata ‘tuanku’ (ay 3a).
Perlu diketahui bahwa dalam penulisan, bahasa Ibrani sebetulnya tidak mempunyai huruf hidup (dalam pengucapan, tentu saja ada bunyi huruf hidup). Abjad Ibrani terdiri dari 22 huruf, dan tidak ada satupun huruf hidup diantaranya. Dalam bahasa Ibrani modern, lalu ditambahkan huruf hidup. Tetapi, Kitab Suci ditulis dalam bahasa Ibrani kuno, sehingga tidak ada huruf hidup. Untuk bisa membaca dan mangarti­kan dengan tepat, kita harus menebak huruf hidupnya. Kadang-kadang, hal ini mudah, tetapi kadang-kadang sukar, karena ada beberapa kemungkinan penambahan huruf hidup (Contoh: C-W-K bisa ditambahi huruf hidup sehingga menjadi COWOK, bisa juga ditambahi huruf hidup sehingga menjadi CEWEK).
Kata yang diterjemahkan ‘tuanku’ dalam ay 3, sebetul­nya mempunyai 3 kemungkinan penambahan huruf hidup:
·        menjadi ADONAY (A = A panjang), yang artinya adalah Lord / Tuhan (ini menunjuk kepada Tuhan / Allah).
·        menjadi ADONAY (A = A pendek), yang artinya adalah my lords / tuan-tuanku [ini menunjuk kepada manusia biasa (jamak)].
·        menjadi ADONI, yang artinya adalah my lord / tuanku [ini menunjuk kepada manusia biasa (tunggal)].
Dengan adanya 3 kemungkinan ini, maka jelaslah bahwa dari kata itu, lagi-lagi tidak bisa dipastikan bahwa Abraham tahu kalau 3 orang itu adalah Allah dan 2 malai­kat.
 
c)   Abraham menawarkan istirahat, makanan dan minuman kepada 3 orang itu (ay 3-5). Ini tidak mungkin ia laku­kan, kalau ia tahu bahwa 3 orang itu adalah Allah + 2 malaikat!
 
d)   Ibr 13:2 jelas menunjuk pada 2 peristiwa yaitu Kej 18:1-8 dan Kej 19:1-3, dan di sana dikatakan:
“Janganlah kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”.
Kata-kata ‘dengan tidak diketahuinya’ jelas menunjukkan bahwa Abraham tidak tahu bahwa mereka bertiga adalah Allah dan 2 malaikat.
 
2)   Abraham menyambut 3 orang itu, menawarkan istirahat, makan dan minum.
·        sekalipun ia tak tahu bahwa 3 orang itu adalah Allah + 2 malaikat, tetapi ia menyambut mereka dengan hangat dan mengundang mereka untuk mampir di rumahnya.
·        Abraham menyediakan air untuk membasuh kaki (ay 4a). Ini menunjukkan keramahan & penghormatan kepada mereka.
·        Abraham menawarkan ‘sepotong roti’ (ay 5).
Padahal, yang ia hidangkan adalah: roti, daging, dadih dan susu (Catatan: ‘dadih’ adalah bagian kental dari susu yang nantinya dibuat menjadi keju). Ini menunjukkan kerendahan hati Abraham, yang tidak memamerkan kehebatan hidangan yang ia berikan. Juga ini menunjukkan bahwa Abraham ingin mereka tidak menganggap­nya terlalu repot dalam menyediakan makanan.
·        ay 6-8 menunjukkan bahwa Abraham betul-betul niat dalam menjamu tamunya dan ia royal sekali dalam melakukannya.
 
Penerapan:
¨      pada jaman ini, kita memang tidak bisa mengundang seada­nya orang yang tidak kita kenal, karena bisa-bisa kita mengundang penjahat. Tetapi bagaimanapun juga, Kitab Suci cukup menekankan harus adanya keramahan dalam menyambut tamu / orang asing dalam diri orang kristen. Ro 12:13b  mengatakan: “usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!”, dan 1Tim 3:2 menyatakan bahwa salah satu persyaratan penatua adalah ‘suka memberi tumpangan’.
Dalam Mat 25:35,40,43,45 Tuhan Yesus bahkan mengatakan bahwa orang yang memberi tumpangan kepada ‘saudara Yesus yang paling hina’ sama dengan memberi tumpangan kepada Yesus, dan orang yang tidak memberi tumpangan kepada ‘salah seorang dari yang paling hina’ sama dengan tidak memberi tumpangan kepada Yesus. Karena itu, kita harus melakukannya, sekalipun secara selektif. Yang saya maksudkan selektif, tentu tidak berarti bahwa kita memilih yang kaya saja, karena ini akan bertentangan dengan Luk 14:12-14. Jadi ‘selektif’ artinya memilih yang bukan penjahat.
¨      sikap ramah dalam menyambut tamu / orang asing ini juga harus ditunjukkan dalam gereja, yaitu kalau ada orang baru. Apakah saudara bersikap ramah dan menyambutnya dengan baik, atau saudara bersikap acuh tak acuh kepada orang baru dalam gereja saudara?
¨      kalau ada seorang pendeta / penginjil / pengkhotbah dari luar kota melayani dalam gereja saudara, dan ia harus menginap, biasanya ia diinapkan di hotel. Ini aneh! Tidak adakah jemaat / majelis yang mau menyediakan rumahnya sebagai penginapan, menyediakan makan, minum, dsb?
 
II) Sikap Tuhan dan 2 malaikat itu.
 
1)   Mereka langsung menerima undangan Abraham itu (ay 5b).
Andaikata saudara yang menerima undangan / tawaran yang seperti itu, bagaimana kira-kira reaksi saudara? Pura-pura menolak karena sungkan / demi sopan santun dsb? Tetapi, Tuhan ternyata tidak demikian. Ia langsung menerima undangan / tawaran itu. Dari sini terlihat betapa polos, jujur, dan terus terangnya Tuhan itu! Juga kalau saudara lihat ay 13,15b, dimana Tuhan menegur Sara dari dosanya, lagi-lagi terlihat bahwa Tuhan itu begitu polos, jujur dan terus terang. Bandingkan dengan ‘sopan santun orang Timur’ dalam Kej 23:3-16!
 
Penerapan:
·        Apakah saudara adalah orang yang suka ‘berpolitik’ / bersikap ‘bijaksana’, dalam berbicara? Apakah semua itu sering menyebabkan saudara tidak terus terang, atau bahkan berdusta dan bersikap munafik?
·        Apakah saudara sering berdusta dan bersikap munafik hanya karena sungkan atau demi sopan santun, dsb?
·        Kalau ada orang yang langsung menerima tawaran makan dari saudara, apakah saudara menganggapnya sebagai tidak sopan, tidak tahu diri, atau bahkan rakus?
 
2)   Mereka makan (ay 8b).
·        Tidak ada sesuatu yang aneh dengan hal ini. Mereka punya tubuh (sekalipun hanya untuk sementara), dan karena itu mereka bisa makan.
·        Mereka makan bukan karena butuh makanan! Bandingkan dengan Luk 24:41-43 dimana Yesus, setelah kebangkitan, juga makan, padahal tubuh kebangkitanNya pasti tidak membutuhkan makanan!
 
3)   Tuhan meneguhkan iman Sara (ay 9-15).
·        Tuhan bertanya ‘dimana Sara?’ bukan karena Ia tidak tahu dimana Sara berada, tetapi supaya Sara memperhatikan kata-kataNya.
·        Dalam ay 10, Tuhan mengulangi janjiNya dalam Kej 17.
Catatan: kata-kata ‘Aku akan kembali’ dalam ay 10, dan juga kata-kata yang serupa dalam ay 14, tidak berarti secara hurufiah. Artinya: Ia akan memberi berkat dalam bentuk anak.
·        Sara tertawa karena tidak percaya (ay 11-12).
Ia bukan sekedar menggunakan otaknya, tetapi ia ber­sandar pada otak / logikanya. Ini jelas salah (Amsal 3:5).
·        Tuhan memberikan teguran dan firman untuk menguatkan iman Sara (ay 13-14).
Sekalipun dalam bacaan ini tidak diceritakan tentang tanggapan Sara, tetapi jelas bahwa Sara akhirnya percaya. Dasarnya adalah Ibr 11:11 (pakailah terjema­han KJV / RSV / NASB, karena terjemahan Kitab Suci Indonesia dan NIV salah!).
RSV: “By faith Sarah herself received power to con­ceive, even when she was past the age, since she considered him faithful who had promised” (= oleh iman Sara sendiri menerima kekuatan untuk mengandung, sekalipun ia sudah lewat usia / terlalu tua, karena ia menganggap bahwa Dia yang menjanjikannya adalah setia).
Penerapan:
Kalau janji / Firman Tuhan bertentangan dengan otak / logika saudara, yang mana yang saudara percayai dan taati?

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.

Kamis, 21 Februari 2013

MENGHAKIMI YG DIPERBOLEHKAN


Saudara terkasih dalam Kristus Yesus :
Misalnya Ada berita seorang hamba Tuhan melakukan perbuatan tidak terpuji…. Dan hal ini sedang dalam ‘penyelesaian secara hukum’. Jadi kalau masih sedang dalam sebuah ‘penyelesaian secara hukum’ berarti perkara ini masih / sedang berjalan belum tuntas, belum ada keputusan secara hukum SALAH atau TIDAK SALAH.

Menghadapi hal semacam itu, yang beritanya ‘sedang dalam penyelesaian’ sudah tersebar luas melalui media cetak (Koran), media elektronik (tv, radio, internet)… Bagaimanakah seharusnya sikap saudara dan saya sebagai orang Kristen menghadapinya ?

Bolehkah orang Kristen menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu ‘topik’ pembicaraan ?

Disini ada beberapa pandangan, dan tentunya, kita tidak bisa melarang orang membicarakan hal tersebut karena sudah tersebar luas (bukan rahasia lagi), dan tentunya PASTI ADA 2(DUA) OPINI yang berbeda :
1. Yang membenarkan,
 2. Yang menyangkal.
Nah, saudara kekasih Tuhan, kalimat ”jangan menghakimi” mulai dipakai dalam argumentasi ini. Terutama bagi mereka yang berpendirian ”menyangkal”. Biasanya mereka akan mengatakan ”jangan menghakimi.....” karena menurut pandangannya, orang yang ’dibela’ itu tidak bersalah apa apa, apalagi kalau yang ’membenarkan’ berita itu orang Kristen...

Sebenarnya, pernahkah dipikirkan secara dewasa , jujur dan bijaksana bahwa orang yang ’menyangkal’ dan mengatakan kata ”jangan menghakimi” itu, pada saat itu juga tanpa ia sadari, JUSTERU SEDANG MENGHAKIMI pihak ’lawan’-nya, bukan ? Jadi : berarti pula keduabelah pihak itu SEDANG SALING MENGHAKIMI ! satu sisi menghakimi dengan “menyalahkan”, sisi lain menghakimi dengan “menyangkal / membela”...

Hal ini jadi sangat menarik untuk di analisa secara alkitabiah khususnya buat kita yang sama sama orang Kristen, yang tentunya menerima ajaran dari Tuhan Yesus yang sama. Kalau masalah ’hakim-menghakimi’ ini tidak jelas bagi umat-NYA, maka sangat besar kemungkinan alasan ini bisa dimanfaatkan oleh nabi-nabi palsu dalam menutupi kejahatan yang mereka sedang atau sudah perbuat, dan menjadi jalan lari bagi mereka yang sudah merasa doktrin mereka tersudutkan oleh ayat-ayat Alkitab, atau yang tidak berminat sama sekali untuk menyelidiki kebenaran dari Kitab Suci.

Karena hal semacam ini muncul dengan begitu kerapnya, maka sungguh penting bagi setiap orang percaya untuk mengerti dengan benar mengenai masalah “menghakimi” dalam Alkitab. Benarkah bahwa orang Kristen tidak boleh menghakimi? Apakah ini sama dengan tidak boleh menyatakan kesalahan orang lain? Kesalahpahaman mengenai masalah ini begitu besar, sehingga banyak orang yang akan kaget jika diberitahu, bahwa :

1. Tuhan Ijinkan Orang Percaya untuk Menghakimi
Banyak orang Kristen tidak pernah membaca Yohanes 7:24, yang berisi perintah Yesus: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Walaupun Tuhan Yesus tidak merincikan tentang cara menghakimi yang benar, tetapi jelas sekali bahwa Tuhan mengijinkan, dan bahkan mengharapkan, bahwa orang percaya menghakimi dengan adil. Bertentangan dengan opini umum, orang percaya bukan tidak boleh menghakimi! Sebaliknya, ORANG PERCAYA DIHARAPKAN UNTUK MENGHAKIMI DENGAN ADIL.

2. Arti Kata “Menghakimi”
Di dalam benak banyak orang, kata “menghakimi” memiliki konotasi yang negatif. Bahkan, ada orang mengidentikkan “menghakimi” dengan “menghukum.” Orang-orang yang berkata bahwa “orang Kristen tidak boleh menghakimi,” sama sekali tidak mengerti arti kata “menghakimi.” Kita bisa bertanya balik, apa maksud anda “tidak boleh menghakimi.” ? Apakah orang Kristen tidak boleh punya penilaian tentang apapun juga? Apakah orang Kristen tidak boleh berpendapat ? Apakah orang Kristen tidak boleh memeriksa? Mereka yang dengan buta berkata “jangan menghakimi” sama saja berkata: “orang Kristen tidak boleh menilai apa-apa,” atau “orang Kristen tidak boleh memiliki pendapat tentang apapun.” Ketika seseorang berpendapat tentang sesuatu hal, maka ia sudah melakukan penghakiman! Adalah sesuatu yang sangat konyol, jika ada yang secara universal melarang untuk “menghakimi.”

Sekali lagi kita lihat, kata “penghakiman” sebenarnya berbeda dengan kata “penghukuman.” Walaupun demikian, dalam konteks tertentu, “penghakiman” dapat disamakan dengan “penghukuman.” Misalnya, pernyataan bahwa Allah akan “menghakimi” dunia. Menghakimi di sini dapat disamakan dengan “menghukum,” karena Allah akan menilai dunia, dan mendapatkannya jahat, dan tentu akan menghukumnya.
Jadi, apakah seseorang senang dihakimi atau tidak, tergantung kepada status dirinya. Orang percaya akan menghadap takhta pengadilan Kristus suatu hari, untuk dihakimi Tuhan mengenai pekerjaannya (bukan masalah keselamatan). Orang yang sudah bekerja sekuat tenaga bagi Tuhan sesuai FirmanNya, akan mendapat sukacita pada hari itu, ketika Tuhan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan hidupnya, atau yang “melayani” bertentangan dengan Firman Tuhan, justru akan malu pada hari itu. Jadi, penghakiman tidaklah selalu hal yang buruk! Itu tergantung pada orang atau hal yang dihakimi atau dinilai!


3. Alkitab Melarang Menghakimi Hanya Dalam Konteks Tertentu
Ayat yang paling sering disalahgunakan dalam hal “menghakimi” adalah Matius 7:1, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Terlalu banyak orang, yang tanpa pengertian dan sekedar membeo, memakai ayat ini untuk bersembunyi dari kebenaran, seolah-olah ayat ini memberi mereka hak untuk mengabaikan teguran-teguran dan nasihat-nasihat yang menyatakan kesalahan mereka.

Dalam menafsir Alkitab, salah satu prinsip yang paling penting adalah bahwa penafsir harus selalu memperhatikan konteks. Apakah Matius 7:1 melarang segala jenis penghakiman? Prinsip lain dalam penafsiran Alkitab adalah bahwa Alkitab konsisten secara internal. Tidak ada ayat ayat yang bertentangan. Oleh karena itu, jika Tuhan mengharapkan, dan mengijinkan orang percaya untuk menghakimi di bagian Firman Tuhan lain, maka ayat ini tidak mungkin melarang semua jenis penghakiman. Dan setelah meneliti konteks Matius 7:1-5, maka jelaslah bahwa dalam perikop ini TUHAN MELARANG PENGHAKIMAN YANG MUNAFIK. Hal ini terlihat jelas dari nasihat Tuhan: “keluarkanlah dahulu balok dari matamu.” Tuhan tidak ingin orang yang hanya ingin mengorek kesalahan orang lain sebagai suatu serangan, padahal dirinya melakukan kesalahan yang sama dan yang lebih besar lagi.
Pelajari lagi : Yohanes 7:24, yang berisi perintah Yesus: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.”

Prinsip yang sama (internal consistency dan konteks) dapat kita terapkan pada perikop-perikop lain yang melarang orang percaya untuk menghakimi. Sekilas Paulus sepertinya tidak mau orang Korintus menghakimi sebelum kedatangan kedua Kristus (1 Kor. 4:5). “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Tetapi, jika kita cocokkan dengan pernyataan Paulus lainnya tentang menghakimi, dan kita lihat lebih teliti ayat ini lebih cermat lagi, kita dapatkan bahwa di sini Paulus mengajarkan untuk TIDAK MENGHAKIMI HAL-HAL YANG TERSEMBUNYI.

Ini sangat penting dan harus dimengerti dengan jelas dan jujur : Maksudnya, orang percaya janganlah sok menghakimi hal-hal yang tidak mungkin ia ketahui, melainkan hanya ia duga-duga saja, yaitu hati orang lain. Banyak orang sok menghakimi hati dan motivasi orang lain yang terdalam. Sikap seperti ini tidak benar. Kita bisa menilai kelakuan orang, karena memang terlihat; tetapi mengenai hal-hal yang berada dalam hati seseorang yang tidak ia nyatakan, jangan kita terburu-buru untuk memastikannya.

Prinsip ini dipraktekkan sendiri oleh Rasul Paulus. Dalam 1 Korintus 4:5, dia mengatakan “jangan menghakimi.” Tetapi tidak lama kemudian masih dalam surat yang sama kepada jemaat Korintus, Paulus berkomentar tentang seorang anggota jemaat di sana yang berbuat dosa zinah: “Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku sama seperti aku hadir telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu” (1 Kor. 5:3). Kata “menjatuhkan hukuman” dalam bahasa Yunaninya berasal dari kata krino, kata yang persis sama diterjemahkan “menghakimi” di 1 Kor. 4:5. Bagaimana ini? Apakah Paulus sedemikian tidak konsisten? Baru saja dia mengajarkan “jangan menghakimi” (1 Kor. 4:5), kenapa malah dia sendiri “menghakimi” (menjatuhkan hukuman, 1 Kor. 5:3)? Jawabannya sederhana. Dalam 1 Kor. 4:5, Paulus mengajar orang percaya untuk tidak menghakimi hati orang (sesuatu yang tidak dapat diketahui dari luar), tetapi dalam 5:3, Paulus menghakimi perbuatan orang yang memang nyata. Ada anggota jemaat Korintus yang melakukan zinah (1 Kor. 5:1-2), dan ini adalah yang hal yang nyata, yang dapat segera dibandingkan dengan pengajaran Alkitab. Rupanya untuk hal seperti ini Paulus tidak segan segan menghakimi, bahkan memberi hukuman!

Jadi prinsip ini harus diulang lagi. Untuk hal yang tidak dapat diketahui, misalnya isi hati orang, janganlah menghakimi. Kalau kita melihat seseorang memberi persembahan, janganlah kita menghakimi hatinya, “ah, pasti dia tidak tulus.” Itu adalah penghakiman yang dilarang, karena kita tidak bisa tahu hati orang tersebut. Atau kalau kita melihat ada jemaat baru (jiwa baru) dalam gereja ex. Seorang yang reputasinya jelek tapi ia sudah mau bertobat, jangan kita menghakimi dia dengan kata ”ia datang hanya pura pura saja...” dan lain sejenisnya. Tunggulah hingga Tuhan datang kembali. “Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati” (1 Kor. 4:5).

Tetapi, kalau ada seseorang mencuri kas gereja, apakah kita boleh berkata, “itu salah”? Jelas boleh ! Bukan hanya boleh, bahkan harus ditegur dan bila perlu dikenakan disiplin jemaat. Itu karena hal ini bukan barang tersembunyi, melainkan barang yang jelas dan dapat langsung dicek dan diperbandingkan dengan Firman Tuhan. Tetapi sebelum kasus ini jelas (sudah dibuktikan dengan cara hukum), janganlah kita ’mendahului’ menghakimi dan memutuskan orang tersebut bersalah ! Namun, secara adil, juga jangan ’mendahului’ menghakimi dan memutuskan orang tersebut tidak bersalah, hanya menjadi korban fitnahan !

Prinsip yang sama berlaku untuk doktrin. Ketika ada pengajaran yang salah, yang tidak sesuai Firman Tuhan, bolehkah kita menyerukan: “itu salah,” atau “itu sesat”? Jelas ! Bukan hanya boleh, malah harus ditegur. “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim. 4:2).
1 Korintus 4:5 tidak dapat dipakai untuk melarang orang Kristen menyelidiki doktrin yang diajarkan seseorang dan menyatakannya benar atau salah !

Sayangnya, ketika ditegur mengenai doktrin yang salah, banyak orang lari ke Roma 14:4-14. Mereka bersembunyi dibalik kalimat: “Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!” (ay. 13). Mereka tidak mau menyelidiki lebih lanjut, “menghakimi” seperti apa yang dilarang oleh Paulus. Mereka tidak mau peduli bahwa Tuhan tidak mungkin melarang orang percaya untuk saling bersaksi tentang kebenaran, saling menegur kesalahan sesamanya.

Pada kenyataannya, dalam Roma 14, PAULUS TIDAK INGIN ORANG PERCAYA SALING MENGHAKIMI DALAM HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR OLEH ALKITAB. Paulus memberi contoh 2(dua)  hal, yaitu dalam hal makanan dan hari-hari raya. Alkitab tidak mengatur bahwa orang percaya harus makan suatu jenis makanan, atau tidak boleh makan makanan lain. Alkitab mengatakan bahwa semua makanan halal, tetapi tidak mengharuskan orang untuk makan semua makanan. Oleh karena itu, orang percaya jangan saling menghakimi jika ada sesamanya yang memilih untuk makan sesuatu atau jika ia memilih untuk tidak makan sesuatu.

Mengenai hari-hari raya, Alkitab juga tidak melarang atau menganjurkan orang percaya untuk ikut dalam berbagai hari raya. Kita melihat aplikasinya dalam kebebasan orang percaya untuk ikut atau tidak ikut . Boleh saja mengikuti selama semua itu yang TIDAK MELANGGAR PRINSIP ALKITAB.
Yang terakhir, kita lihat dalam Yohanes 7:24, bahwa ORANG KRISTEN TIDAK BOLEH MENGHAKIMI HANYA DARI SUDUT LAHIRIAH, MELAINKAN SECARA ADIL. Ini berarti penghakiman kita haruslah didasarkan pada Firman Tuhan yang maha adil.

Contoh :
Orang Israel tahu, Taurat melarang orang berzinah, maka saat mereka menemukan seorang perempuan berzinah, merekapun mendobrak pintu, si pria segera kabur, si wanita ditangkap dan dihadapkan pada Yesus dengan pakaian ala kadarnya, menangis tersedu-sedu, menahan rasa malu. Kata mereka "Rabi, menurut ajaran Musa, orang yang berzinah harus dirajam batu sampai mati". Siapa tidak tahu perintah itu, mereka adalah orang-orang yang mengerti bahkan menghafal Taurat, tapi apa gunanya mereka mengerti Taurat? mematikan or­ang sambil membanggakan diri telah menjalankan Taurat. Yesus tidak menjawab, karena Dia tahu pikiran mereka yang jahat.

Dalam satu “KEADILAN”, kalau memang orang yang berzinah harus dirajam batu sampai mati, mengapa mereka melepas si pria, hanya menangkap si wanita yang lemah? Taurat menyatakan keadilan Tuhan, mereka yang sudah mendengar Taurat bukan saja tidak mengerti keadilan Tuhan malah melawan keadilanNya, bukankah itu berarti dosa mereka double, mengundang hukuman ganda dari Tuhan.

Terlihat di sini, orang beragama yang tidak sungguh-sungguh mengerti apa itu agama akan memperalat agama untuk melampiaskan sifat dosanya, itu lebih berbahaya dari or­ang yang tidak mengenal Allah.

Sungguh, kejahatan yang terselubung; yang tidak kita sadari akan sedikit demi sedikit muncul, mana kala kita tidak mengerti prinsip total dari Taurat dengan baik: bukan hanya supaya kita mengenal Tuhan, menyadari keberadaan kita yang berdosa, juga supaya kita datang pada Tuhan, minta pengampunanNya, berharap pada anugerah Yesus Kristus yang sejati. Orang Israel berkata: Rabi, menurut ajaran Taurat, wanita ini harus dirajam batu sampai mati, bagaimana pendapatMu? Kalau Yesus menjawab ya, Dia masuk perangkap mereka. Kalau Yesus menjawab: tidak, Dia melanggar Taurat Musa dan Diapun harus mati. Maka Yesus tidak menjawab ya atau tidak: boleh atau tidak boleh. Dia menjawab dengan bijaksana, siapa di antara kamu yang tidak berdosa boleh pertama-tama melempari dia dengan batu ( bukan merajam batu sampai mati ) Itu artinya, saat mereka hendak melempari dia, perlu berpikir dulu: aku sendiri punya dosa atau tidak. (Mereka tahu merekapun telah berdosa karena sudah melepaskan lelaki yang berzinah itu, tapi hanya mau menghukum di wanita saja. = TIDAK ADIL.)

4. Orang Kristen Perlu Melakukan Penghakiman (Dalam kontek tertentu)
Jika kita mengerti bahwa arti dasar kata “menghakimi” adalah “memutuskan atau membuat penilaian tentang suatu hal,” maka jelaslah bahwa bukan saja orang percaya boleh menghakimi, bahkan ORANG PERCAYA HARUS MENGHAKIMI. Dalam hal-hal apa saja orang percaya harus menghakimi? Orang percaya harus menghakimi terutama dalam hal : PENGAJARAN..

Tuhan menyuruh kita untuk berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu (Mat. 7:15). Bagaimanakah kita dapat waspada terhadap mereka, jika kita tidak menilai mereka? Paulus berkata, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” (Rom. 16:17). Bagaimana kita dapat waspada dan menghindari orangorang ini jika kita tidak menghakimi mereka?

Alkitab mengharuskan setiap orang hamba Tuhan yang setia untuk “menyatakan kesalahan,” dan “menegor” (2 Tim. 4:2). Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa menghakimi. Sangat penting sekali untuk memperhatikan juga di sini, bahwa Tuhan ingin agar orang yang mengenal kebenaran, memberitahukan kesalahan orang lain yang belum tahu akan hal itu. Tetapi, bukan disuruh ”mencari-cari kesalahan” orang lain !

Seharusnya, setiap orang Kristen yang ditegur kesalahannya, tidak marah, melainkan merenung, dan menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui kebenarannya. Ketahuilah, bahwa orang yang menegur anda, sebenarnya sangat mengasihi anda. Bahkan ia rela mengambil resiko dibenci oleh anda, agar anda bisa sampai kepada kebenaran.

Selain itu, orang percaya harus menghakimi perbuatan anggota-anggota gereja yang salah dan memang bertentangan dengan prinsip prinsip alkitab. Salah satu fungsi gereja adalah untuk menjadi tempat orang-orang percaya bertumbuh. Dalam proses pertumbuhan, ada proses pendisiplinan. Anggota-anggota gereja yang berbuat dosa, harus ditertibkan. Hal ini diajarkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 5. Ada anggota jemaat Korintus yang berbuat zinah, dan Paulus menekankan bahwa orang itu harus dikeluarkan dari jemaat. “Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu” (1 Kor. 5:12-13).

Sungguh aneh jika ada orang yang ‘pukul rata’ berkata bahwa “orang Kristen tidak boleh menghakimi.” tanpa mengetahui kebenaran sesungguhnya (karena tidak mau belajar) Mari kita renungkan secara benar, melalui pembahasan singkat Firman Tuhan ini, anda dapat menentukan, MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI.

Tuhan YESUS memberkati.
By : John W. Kang.

Dikutip dari sini.

Minggu, 17 Februari 2013

PERPULUHAN DAN PERSEMBAHAN ADALAH WAJIB


 Brani Yuron Yang Dibawa Ke Surga

Di bulan Mei tahun 2006, seorang pelayan Tuhan dibawa ke Sorga untuk bertemu dengan Tuhan Yesus dan menerima 6 pesan. Brani Duyon Efendie, 52 tahun, seorang dari dusun. Dia melayani di Gereja Borneo Evangelis, Kota Belud, Sabah (di Malaysia Timur) sebagai seorang penatua gereja. Sebelumnya dia melayani sebagai pendeta di Melangkap Baru, Kota Belud, dan kemudian menjadi pemimpin gereja di SIB Bayayat daru tahun 2005-2006.

Kesaksian Brani Duyon Efendie

Saya koma selama 1 minggu setelah operasi dan menjalani perawatan intensif selama lebih dari 1 bulan.
Ada banyak pelayan Tuhan yang datang untuk membesuk dan berdoa untuk saya, termasuk mantan President SIB Sabah - Pendeta Taipin Melidoi, asistennya - Pendeta Datuk Arun Selatan, dan juga Pendeta Michael.

Di tengah malam, yaitu di minggu ketiga bulan Mei 2006, saya merasa sangat aneh, saya tidak bisa tidur, sementara pasien yang lain telah tertidur amat lelap. Selama itu, di pikiran saya hanya ada Yesus. Saya teringat dalam kitab Yesaya 43:26 “Ingatkanlah Aku, marilah kita berperkara, kemukakanlah segala sesuatu, supaya engkau nyata benar!” Saya tetap memikirkan kata-kata ini karena saya mau memfokuskan pikiran saya hanya kepada Tuhan Yesus. Saya merasa hadirat Tuhan yang kuat saat itu.

Lalu saya mulai berdoa dalam roh. Setelah berdoa, saya mencoba untuk tidur namun saya tidak bisa. Lalu saya berbaring kembali di ranjang. Tiba-tiba saya merasa ada seseorang yang menyentuh punggung dan membelai kepala saya. Ini terjadi beberapa saat. Saya merasakan sesuatu yang luar biasa mengalir ke dalam tubuh saya. Saya percaya itu adalah cinta Bapa untuk anakNya. Saya bertanya-tanya siapa orang itu. Saat saya memalingkan muka untuk melihat dia, saya terkejut bahwa dia adalah seorang pria muda yang tampan, berpenampilan baik, tubuhnya tinggi dengan rambutnya sampai ke leher. Dan dia memakai jubah putih. Saya bertanya padanya, “Apakah kau Tuhan yang sedang aku pikirkan?” Dia hanya menggelengkan kepalanya. Lalu saya bertanya lagi, “jika bukan lalu siapakah engkau?” Pada akhirnya dia mulai berkata pada saya ”Aku adalah pembawa pesan dari surga. Yesus menyuruhku datang padamu untuk membawa kabar baik”

Sekarang saya sadar bahwa dia adalah malaikat Tuhan, lalu saya bertanya padanya, “Kabar baik apa yang kau hendak katakan pada saya?” Dia membalas,“Malam ini kau akan pergi ke Sorga.” Dengan segera saya merasa tenang dan damai walaupun tubuh saya sedang sakit. Saya merasa tidak merasakan sakit apapun. Saya telah disembuhkan dari penyakit, saat malaikat Tuhan berkata bahwa saya akan pergi ke sorga. Lalu saya berkata pada malaikat itu,“Saya siap untuk mengikut engkau ke sorga. Saya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Tuhan.”

Sementara kami sedang berjalan saya melihat tubuh jasmani saya tertinggal di atas ranjang. Setelah kami berjalan keluar dari rumah sakit, saya melihat seekor kuda yang luar biasa besar dan tinggi. “Kita akan mengendarai kuda ini,” kata malaikat. Malaikat membantuku menaiki kuda itu, berhubung kuda itu sangat tinggi. Lalu saya bertanya pada malaikat itu, “Apakah kita dapat pergi ke sorga dengan mengendari kuda ini?” Lalu dia meyakinkan saya, “Tentu saja, jangan takut dan khawatir. Sudahkah kau membaca Firman Tuhan tentang Elia yang terangkat ke Sorga oleh Allah?” Saya berkata padanya “Ya, saya sudah membaca itu sebelumnya. Kendaraan yang membawanya ke sorga adalah sebuah kereta yang berapi ditarik dengan kuda-kuda api.” “Itu benar, dan ini adalah salah satu kuda dari kuda-kuda itu yang akan kita kendarai sekarang,” ujar malaikat itu.

Mulanya kami pergi dengan lambat, tapi kira-kira setelah 100 meter kuda mempercepat kecepatannya ke kecepatan yang sangat tinggi dan saya merasa seperti diterpa oleh badai. Lalu saya melihat kuda tersebut melayang terbang. Kami melewati gunung-gunung dengan mudahnya, melayang terbang dengan kekuatan Allah.

Lalu kami mencapai sebuah padang rumput hijau yang sangat besar-sangat menakjubkan, tanpa ada satupun rumput yang kering. Setelah kuda itu berhenti, kami turun dan mulai berjalan.
Saya dapat melihat Kerajaan Allah tepat di depan mata saya. Sementara kami sedang berjalan di atas padang, saya mendengar bel berbunyi. Lalu saya bertanya pada malaikat ”Mengapa bel itu berbunyi?” Dia berkata “Bel itu adalah tanda bahwa ada seseorang yang datang.”

Kami melanjutkan perjalanan ke ujung padang, sementara bel masih berbunyi, saya melihat seekor kuda yang sangat cantik, di atasnya ada seberkas cahaya merah, seperti lampu lalu lintas. Di cahaya itu saya melihat nomor “51”. Saya bertanya pada Malaikat apa arti nomor itu. Dia berkata,“Berapa umurmu sekarang?” saya berumur 51 tahun saat ini. “Nomor itu adalah umurmu, jadi itu adalah nomor kudamu juga,” kata malaikat itu. Saya merasa sangat senang dan damai melihat apa yang Allah telah siapkan untuk saya di Sorga. Saya melihat banyak rumah yang sudah disiapkan oleh Yesus untuk anak-anakNya yang percaya dan mengikut Dia.

Kami melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah yang luar biasa besar, dengan banyak orang di dalamnya. Saya percaya mereka adalah orang-orang kudus yang Allah telah pilih. Mereka sedang memuji Allah. Saya melihat Yesus sedang duduk di atas tahtaNya sementara semua orang sedang memuji dan menyembahNya. Mereka memuji Dia dengan segenap hati, menari, mengangkat tangan mereka, dan berlutut. Di lubuk hati saya berkata, “Jika saja orang-orang di bumi memuji dan menyembahNya seperti ini, Allah pasti sangat senang”

Saya melihat banyak orang-orang menangis sambil memuji Allah. Yesus tersenyum menyaksikan betapa setianya mereka menyembah Allah. Mereka mengangat tangan ke arah Yesus dan Yesus memberkati mereka semua. Setelah selesai, Yesus berjalan di antara mereka dan menghapuskan air mata mereka. Lalu saya teringat ayat di kitab Wahyu, “dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita,"

Malaikat itu membawa saya pada Yesus. Malaikat berbicara pada Yesus, “Tuhan, inilah anak yang telah Kau pilih untuk datang kesini.” Lalu Yesus berkata pada saya, “Bagus! AnakKu kau telah datang hari ini.” Lalu Yesus memeluk saya dan itu membuat saya sangat bahagia dan damai hingga membuat saya menangis. Jiwa saya bersorak gembira sebab Yesus sendirilah yang memeluk saya.

Lalu malaikat itu berkata, “Tuhan, aku pergi ke rumahnya di bumi saat dia sedang sakit, namun sekarang dia menjadi lebih baik.” Yesus membalas, “Ya, Aku mendengar dan melihat apa yang terjadi padanya.” Lalu malaikat itu melanjutkan, “Selama itu, aku mendengar istrinya berdoa mengharapkan pertolonganMu." Dia berdoa: “Tuhan, tolong kami, tolong jangan ambil dia sekarang karena kami belum siap dia pergi meninggalkan kami.” “Itulah doanya, Tuhan.” Lalu Yesus berkata, “Aku tahu segalanya. Istrinya adalah seorang yang takut akan Tuhan. Dia setia padaKu dan rajin berdoa.” Lalu jiwaku menangis kembali memikirkan kesetiaan istriku pada Allah.

Lalu Tuhan berbicara pada saya, “AnakKu, kau akan kembali ke bumi, karena ini bukan saatnya bagimu untuk berada di sini. Ada banyak pekerjaan untukmu saat kau kembali ke sana. Kau akan sangat sibuk melayani Aku.” Lalu saya membalas, “Tuhan, tolong jangan memintaku untuk kembali, karena saya sangat bahagia bersamaMu di sini. Saya bahagia dekat denganMu, Tuhan. Tolong, saya tidak mau kembali.”

Dari wajahNya, saya tahu bahwa Yesus menjadi kecewa. Lalu saya memohon pengampunan padaNya karena telah mengecewakan Dia. Saya berkata, “Tuhan, saya siap kembali ke bumi tapi tolong saya Tuhan, berikan saya kekuatan, dan jagalah saya kemanapun saya pergi. Sertai saya Tuhan.” Lalu Yesus berkata, ”Ya, jangan khawatir, kemanapun kau pergi melayani Aku, Aku akan selalu bersama denganmu.”

Yesus mempunyai beberapa pesan untuk saya bawa ke bumi. Dia ingin saya menyampaikan pesan-pesan ini kepada anak-anak Allah di bumi. “Pesan-pesan ini sangat penting untuk mereka ketahui”, kata Yesus. Saya diberitahu bahwa saya akan sangat sibuk menyampaikan pesan-pesan ini. Yesus juga ingin saya berbagi pengalaman Surgawi saya kepada semua anak-anak Allah sehingga mereka akan diberkati dan memperbaharui kekuatan mereka dalam mengikut Dia.

Yesus berkata pada saya, “Saat kau kembali ke bumi katakan kepada anak-anakKu pesan-pesan ini” (ada enam pesan yang Yesus telah berikan kepada saya):

Pesan pertama:
“Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus percaya kepadaKu dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan dan dengan segenap pikiran mereka. Bagi mereka yang khawatir dan ragu-ragu tidak akan masuk ke dalam sini.” Kata Tuhan Yesus

Pesan kedua:
“Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus setia untuk datang beribadah ke Gereja, karena inilah waktu dimana Aku menyinari wajah mereka dan mereka akan mencari wajahKu. Aku akan sangat bahagia melihat anak-anakKu menyembah di Gereja,” kata Tuhan Yesus

Pesan ketiga:
“Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus setia berdoa, melakukan kehendakKu, dan hidup seturut FirmanKu,” kata Tuhan Yesus

Pesan keempat:
“Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus taat memberi persepuluhan dan persembahan,” kata Tuhan Yesus

(sementara Yesus sedang memberikan pesan ini, Dia berkata “AnakKu, lihatlah kesana” Dia menunjukkanku kuda-kuda yang cantik yang sudah siap untuk anak-anakNya. “AnakKu, kuda-kuda ini telah siap, Aku telah siapkan untuk semua anak-anakKu yang percaya dan taat kepadaKu.” Lalu Dia menjunjukkan saya kuda-kuda yang tidak komplit. Saya bertanya, “Tuhan, mengapa kuda-kuda ini belum komplit?”
Lalu Yesus berkata, “AnakKu, kuda-kuda ini milik anak-anakKu yang tidak dengan rela memberikan persepuluhan dan persembahan. Kuda-kuda ini akan siap dan komplit setelah anak-anakKu memberikan lebih persepuluhan dan persembahan di rumahKu.”

Pesan kelima:
Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus menempatkan semua perbendaharaan mereka di dalam doa kepadaKu untuk perlindungan dan berkat selagi mereka masih di bumi, sehingga saat aku datang kembali ke bumi untuk yang kedua kalinya, mereka tidak akan terikat dengan kekayaan duniawi. Ingatlah kisah akan istri Lot,” kata Tuhan Yesus.

Pesan keenam:
“Katakan kepada anak-anakKu, mereka harus siap dan waspada, karena aku akan datang segera. Lebih cepat dari yang orang-orang perkirakan!” kata Tuhan Yesus,

(Kedatangan Yesus tidak diketahui tetapi pengangkatan sudah pasti akan terjadi. Tuhan Yesus akan datang segera!!!)

Sementara Yesus sedang berbicara kepada saya tentang pesan yang keenam, Dia menunjukkan saya langit, langitnya bersih dan tak berawan. Saya melihat Yesus membuka tanganNya ke bumi dan Dia berkata, “Aku siap menjemput anak-anakKu.” Lalu saya melihat banyak orang-orang berpakaian jubah putih terbang melayang di langit untuk bertemu Yesus. Mereka semua berkumpul di sebelah kiri dan kanan Yesus. Banyak orang yang percaya Yesus terangkat. Terlebih lagi, saya melihat banyak anggota keluarga sedang terangkat. Saya dapat melihat suami dan isteri dengan anak-anak mereka terbang melayang kearah Yesus. Saya merasa damai melihat penglihatan ini.

Lalu Yesus berkata,“Lihatlah ke bawah”. Yesus lalu menunjukkan saya situasi di bumi, dan itu sangat kacau balau. Tidak ada kedamaian di bumi pada saat itu. Saya melihat orang-orang berlarian ke segala tempat dan berteriak-teriak. Orang tua mencari anak-anaknya dan orang-orang muda mencari orang tua mereka.

Lalu Yesus menunjukkan pada saya gereja di kota kelahiran saya. Saya merasa amat sedih karena ada beberapa orang yang tertinggal.

Lalu Yesus berkata pada saya. “Setialah kepadaKu. Kau harus menyampaikan hal-hal yang telah kau lihat dan telah kau dengar kepada anak-anakKu di bumi.”
Saya melihat bahwa tubuh saya sudah pulih total dari penyakit. Puji Tuhan karena kuasaNya!

Aku ingat ketika aku sedang disurga tubuhku terlihat seperti ketika aku masih muda.

Itulah kesaksianku bertemu dengan Tuhan Yesus di Surga.

Dikutip dari sini.

KECANTIKAN DAN MODE DAPAT MENYERET KE NERAKA


Pada hari ini (11 Februari 2013) saya sedang membaca buku, kemudian tiba-tiba saya merasa pusing, saya merasakan panas yang kuat dalam diri saya. Saya begitu lemah, maka dari itu saya memanggil ibu saya. Suara saya sangat lemah.

Saya melihat sosok yang terlihat seperti terang. Saya tahu itu adalah setan, dan saat saya berdoa, setan itu pergi. Ada terang lain yang datang, dan saya tahu itu adalah setan juga. Saya berdoa, dan banyak lagi yang datang, saya berkata,

"Saya salah satu yang dipilih TUHAN, dalam Kuat Kuasa nama YESUS, menghilanglah."

Itu adalah doa yang YESUS ajarkan kepada saya, segera setelah saya mengatakannya, mereka semua menghilang. Penyebabnya adalah penyebutan nama itu, setiap lutut harus bertelut.

Saya kemudian melihat YESUS yang sebenarnya. DIA datang dan mengatakan kepada saya bahwa DIA akan membawa saya ke suatu tempat. Kami melewati sebuah terowongan yang sangat gelap. Ketika kami bergerak, saya merasakan bau yang sangat tidak enak yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Begitu kuat sehingga saya menutupi wajah saya.

TUHAN kemudian melayangkan tanganNYA dan saya melihat api. Api itu begitu panas, saya lebih lagi menutupi wajah saya. Saya berseru kepada YESUS,

"Saya tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi."

DIA melayangkan tanganNYA lagi di tempat lain. Dari tempat saya berdiri, begitu banyak orang-orang dan di mata saya, tampak seperti banyak cacing. TUHAN mengatakan kepada saya bahwa orang-orang itu lebih menyukai hal-hal lain daripada mengasihi DIA.

DIA juga menunjukkan layar besar. Saya melihat kehidupan seorang wanita, ia mengenakan rok mini, mengenakan make up, selalu merias wajahnya, mengecat kuku palsu, menggunakan rambut palsu. Dia berakhir di neraka. TUHAN mengatakan kepada saya, dia tidak benar-benar melakukan perzinahan, namun laki-laki bernafsu akan dirinya, dan berzinah di hati dengan dia, karena riasannya.

Saya juga tidak melihat kehidupan seorang gadis, ia berada di Universitas, dia sangat, sangat cantik, dia adalah seorang Kristen yang taat, namun, saat ia berkhotbah kepada rekannya yang adalah pelacur, mereka mempengaruhinya. Dia seharusnya menjadi pengaruh yang baik bagi mereka--tetapi semuanya itu berjalan sebaliknya. Ada orang Kristen lain yang berkhotbah padanya, tapi dia tidak memperhatikannya. Suatu kali dia berdiri di jalan, sebuah mobil menabraknya dan dia meninggal dan pergi ke neraka dengan semua kecantikan yang TUHAN telah berikan kepadanya. Dia menderita pahit di neraka, tapi sudah terlambat.

Saya berdoa agar ini semua tidak akan terlalu terlambat bagi Anda.

YESUS, mengatakan kepada saya, "Ini tidak apa-apa untuk saat ini. Katakan kepada bumi bahwa neraka itu nyata. "

-Philipa

Dikutip dari sini.