Kamis, 12 Oktober 2017

Pertobatan Costi, keponakan Benny Hinn dari “Injil Kemakmuran”


Bagaimana jika anda adalah bagian dari keluarga Benny Hinn, penginjil dan pengkotbah berskala Internasional yang dianggap memiliki urapan dan kuasa Roh Kudus yang besar? Dengan gaya hidup yang super mewah, keluarga Hinn melakukan pelayanan ke seantero dunia dan memberitakan Yesus yang membawa kesembuhan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi mereka yang ikut dengan cara hidup yang dikotbahkan Benny Hinn. Artikel ini merupakan terjemahan bebas dari pengakuan Costi Hinn, keponakan Benny Hinn.

Hampir 15 tahun yang lalu, di pinggir pantai di luar Athena, Yunani, saya berdiri dan merasa yakin akan hubungan saya dengan Allah dan perjalanan pelayanan saya. Saya bepergian keliling dunia dengan jet pribadi Gulfstream melakukan pelayanan injil dan menikmati segala kemewahan yang bisa dibeli dengan uang. Setelah perjalanan yang nyaman dan makanan favorit saya (lasagna) yang dibuat oleh koki pribadi, kami mempersiapkan perjalanan pelayanan dengan beristirahat di The Grand Resort Lagonissi. Di villa milik pribadi yang memiliki view ke pantai, lengkap dengan kolam pribadi dan rumah berukuran 185 m persegi, Saya berjongkok di batu di atas batas air dan bersukacita akan kehidupan yang sedang saya jalani. Saya sedang melayani Yesus Kristus dan menghidupi hidup berkelimpahan yang sedang ia janjikan.

Yang tidak saya sadari adalah bahwa garis pantai ini merupakan bagian dari Laut Aegean, kawasan air yang sama yang dilewati rasul Paulus ketika sedang menyebarkan Injil Yesus Kristus. Hanya ada satu masalah: Kami tidak sedang mengabarkan injil yang sama dengan yang dikabarkan Paulus.

Gaya Hidup yang Mewah
Bertumbuh dalam kerajaan keluarga Hinn itu seperti masuk dalam sebuah komunitas campuran antara keluarga kerajaan dan keluarga Mafia. Gaya hidup kami mewah, kesetiaan kami dipaksakan, dan versi injil yang kami bagikan merupakan bisnis besar. Walaupun Yesus Kristus masih menjadi bagian dari Injil kami, Ia lebih menjadi jin ajaib dibandingkan Raja segala Raja. Jika kita menggosok dengan cara yang benar, dengan memberi uang dan memiliki cukup uang- maka hal itu akan membuka kunci warisan rohanimu. Tujuan Allah bukanlah kemuliaan-Nya namun apa yang bisa kita dapatkan. Anugerah-Nya tidak untuk membebaskan kita dari dosa, tapi untuk membuat kita kaya. Kehidupan berkelimpahan yang ditawarkan tidaklah bersifat kekal, namun harus didapatkan sekarang. Kami hidup dalam injil kemakmuran.

Kami menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat, bergaul dengan para selebritis, dan menjadi sangat kaya. Allah pasti di pihak kami!

Ayah saya menggembalakan sebuah gereja kecil di Vancouver, British Columbia. Selama tahun-tahun remaja saya, ia akan bepergian hampir 2 kali sebulan dengan paman saya, Benny Hinn. Teologi kemakmuran membayar dengan sangat baik sekali. Kami hidup dalam istana berukuran hampir 1000 m persegi yang dijaga dengan pagar pribadi, memiliki 2 kendaraan Mercedes Benz, berlibur di tujuan wisata eksotis dan berbelanja di toko-toko yang paling mahal. Kami juga membeli sebuah rumah dengan view samudera di Dana Point, California, yang juga memiliki sebuah mobil Mercy. Kami sangat diberkati dengan berlimpah.

Dalam tahun-tahun itu, kami menghadapi tak terhitung banyaknya kritikan, baik dari dalam maupun luar gereja. Dateline NBC, The Fifth Estate (program berita Kanada) dan siaran lainnya melakukan pelaporan investigatif. Pemimpin pelayanan yang terkenal bicara di media untuk memperingatkan orang-orang tentang pengajaran kami, dan pendeta-pendeta lokal mengajarkan jemaat untuk menghindari mimbar yang diisi oleh seorang “Hinn”. Pada saat itu, saya percaya bahwa kami sedang dianiaya seperti yesus dan Paulus dianiaya, dan bahwa para pengkritik kami hanya iri dengan berkat kami.

Di dalam keluarga, kami tidak menoleransi kritik. Satu hari saya bertanya pada ayah saya, apakah kami bisa pergi dan menyembuhkan teman sekolah saya yang telah kehilangan rambut karena kanker. Dia menjawab bahwa kita cukup berdoa di rumah saja daripada datang dan menyembuhkan teman itu. Saya berpikir: bukan seharusnya kami melakukan apa yang dikerjakan para rasul kalau kami memang memiliki karunia yang sama? Pada saat itu, saya tidak mempertanyakan kemampuan kami untuk menyembuhkan, namun keraguan mulai muncul tentang motivasi kami. Kami hanya melakukan kesembuhan dalam KKR, ketika music digunakan untuk membangun atmosfir, uang dipersembahkan, dan orang mendatangi kami dengan jumlah iman yang cukup.

Keraguan lain mulai muncul. Bagaimana dengan usaha kesembuhan yang gagal? Kami belajar bahwa hal tersebut adalah kesalahan orang yang sakit karena meragukan Allah. Dan mengapa kami bicara dalam bahasa Roh tanpa ada penafsiran? “Jangan padamkan Roh”, begitu jawabannya. “Roh bisa melakukan apapun yang Ia mau”. Mengapa banyak nubuatan kami bertentangan dengan Alkitab? “Jangan masukkan Allah dalam kotak”. Walaupun ada pertanyaan-pertanyaan semacam itu, saya mempercayai keluarga karena kami begitu berhasil. Puluhan ribu orang mengikuti kami, jutaan datang ke stadion setiap tahun untuk mendengar paman saya. Kami menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat, bergaul dengan para selebritis, dan menjadi sangat kaya. Allah pasti di pihak kami!

Sebelum masuk kuliah, saya cuti dahulu selama setahun, dan bergabung dengan pelayanan Benny Hinn sebagai “penangkap” (catcher) yaitu yang memegangi orang-orang yang slain in the spirit (dipenuhi Roh Kudus sampai jatuh atau terpental) dan juga menjadi asisten pribadi. Hal semacam ini adalah ritual menjadi dewasa dalam keluarga kami, karena hampir semua keponakan akan bekerja bagi Benny Hinn pada satu waktu tertentu. Hal ini adalah sebuah bentuk kesetiaan dan ucapan syukur. Dan tahun itu adalah sebuah tur angin puyuh dalam hal kemewahan: kamar hotel Royal Suite di Dubai seharga $25.000 semalam (sekitar hampir 350 juta rupiah), tur di pegunungan Alpine Swiss, villa di Danau Como di Italia, berjemur di pantai emas Australia, kegilaan belanja di Harrods di London, dan perjalanan berulangkali ke Israel, Hawaii dan kemanapun. Bayarannya sangat besar, kami naik pesawat Jet pribadi dan saya bisa membuat jas pribadi saya sendiri. Yang harus saya lakukan hanyalah menangkap orang yang jatuh dan terlihat rohani.

Ayat yang merubah hidup
Setelah tamat kuliah dan pulang ke rumah, saya bertemu dengan calon istri saya, Christyne. Saya tidak punya pikiran bahwa Allah akan menggunakan dia untuk membawa keselamatan saya. Sebenarnya keluarga dan saya menjadi was-was karena ia tidak berbahasa Roh. Maka kami ingin bereskan masalah tersebut dengan membawanya ke KKR Benny Hinn, namun tidak terjadi apa-apa. Kemudian Christyne ikut dalam ibadah gereja kami di Vancouver, namun juga tidak terjadi apa-apa. Akhirnya, ia dilatih dalam sebuah konferensi pemuda, namun ternyata tidak dapat mengeluarkan beberapa patah kata saja. Saya merasa saya tidak mungkin akan dapat menikahi dia kecuali ada yang berubah.

Suatu hari Christyne menunjukkan sebuah ayat yang tidak pernah saya lihat:

1 Korintus 12:29  Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
30  atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?

Saya tersentak sampai ke dalam. Ternyata begitu mudah terlihat seperti terang hari – tidak semua orang harus berbicara dalam bahasa Roh. Setelah itu, mulailah terjadi efek domino. Ada begitu banyak kepercayaan lama saya yang tidak memenuhi ujian alkitab. Tidak lagi saya percaya bahwa tujuan Allah adalah untuk membuat saya bahagia, sehat dan kaya. Saya percaya bahwa Ia ingin saya hidup bagi-Nya apapun yang saya bisa dapatkan dari Dia.

Sementara sedang bergumul untuk masuk dalam pelayanan, saya menerima telefon dari seorang pendeta teman saya yang sedang merintis gereja di California, yang menawarkan saya posisi pendeta kaum muda secara paruh waktu. Sepertinya hal ini merupakan tempat yang sempurna untuk belajar dan bertumbuh, maka Christyne dan saya berkemas dan mengambil langkah iman sebagai pasangan suami istri yang baru.

Begitu saya terlibat dalam staf gereja, Allah menaruh pukulan keras dalam kepercayaan palsu saya, dan kebenaran itu keluar seperti gelombang anugerah. Salah satu tugas kotbah saya adalah dari Yohanes 5:1-17 – penyembuhan di kolam Bethesda. Ketika itulah Roh Kudus mengambil alih. Bagian ayat ini memperlihatkan bahwa Yesus menyembuhkan satu orang dari begitu banyak orang, orang yang tidak mengenal Yesus dan orang tersebut disembuhkan seketika.

Kekuatan seorang Kristen adalah ketersediaannya untuk dipakai.

Hal ini membuat tiga kepercayaan inti saya menjadi hancur. Bukankah kehendak Allah selalu untuk menyembuhkan? Tidak, Yesus hanya menyembuhkan satu orang dari begitu banyak orang. Tidakkah Allah menyembuhkan orang jika mereka punya cukup iman? Tidak, orang lumpuh ini bahkan tidak kenal siapa Yesus, apalagi punya iman kepada-Nya. Tidakkah kesembuhan membutuhkan penyembuh yang diurapi, musik yang khusus dan persembahan? Tidak, Yesus menyembuhkan seketika hanya dengan perintah. Saya menangis keras dalam keterlibatan saya dalam manipulasi pelayanan yang rakus dan kehidupan saya yang penuh pengajaran dan kepercayaan palsu, dan saya bersyukur pada Allah untuk kasih karunia dan belas kasihan-Nya lewat Yesus Kristus. Mata saya terbuka secara penuh.

Saya bersyukur bahwa istri saya mempertanyakan pemaksaan saya untuk berbahasa Roh dan gembala saya yang mengasihi saya untuk memuridkan saya keluar dari kebingungan injil kemakmuran. Saya telah melihat bagaimana Allah menggunakan penginjilan dan pemuridan untuk merubah jiwa-jiwa yang terhilang menjadi orang orang kudus. Kekuatan seorang Kristen adalah ketersediaannya untuk dipakai. Ketika umat Allah bersedia mengambil langkah iman dan berbicara kebenaran dalam kasih, hidup diubahkan dan Allah dipermuliakan. Anda tidak akan pernah tahu siapa yang sedang Ia selamatkan dalam kesetiaan.

Costi Hinn adalah executive pastor di Mission Bible Church di Orange County, California.

Sumber: www.christianitytoday.com

Kamis, 05 Oktober 2017

HAL MEMBERI


Motivasi ataupun sikap hati yang benar ketika seseorang memberi merupakan hal yang teramat sangat penting. Percuma seseorang memberi kalau motivasi hatinya keliru.

Matius 13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
2 Korintus 9:6 " Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."

Seandainya kebenaran ini berdiri tunggal, kecenderungan hati manusia pasti berujung kepada keserakahan. Sikap hati 'seorang penjudi' otomatis akan muncul ke permukaan, orang akan berjuang gila gilaan untuk menabur sebanyak banyaknya karena mereka tahu dengan pasti akan menuai banyak.

Tuhan adalah Allah yang sempurna, bersyukur masih ada "syarat dan ketentuan berlaku" lainnya yaitu 2 Korintus 9:7 "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

Tuhan memberi penegasan MEMBERI DENGAN SUKARELA DAN SUKACITA. Ketika seseorang memberi dengan sukarela dan sukacita maka orang tersebut sedang membuka pintu 'kemurahan hati' Tuhan.

Hari-hari ini didalam perenungan akan prinsip memberi, Tuhan membukakan pemahaman yang lebih dalam dimana Dia menyatakan bahwa sikap hati yang benar, katakanlah sudah memberi dengan sukarela dan sukacita ternyata belumlah cukup. Prinsip kebenaran yang Bapa nyatakan yaitu MEMBERI ADALAH ALASAN MENGAPA SECARA KHUSUS TUHAN AKAN MEMBERKATI UMATNYA. TUHAN MERESPONI PEMBERIAN KITA DALAM KAPASITASNYA SEBAGAI BAPA.

Oleh karenanya seluruh aspek yang berkaitan dengan memberi harus dipastikan akurat.

Hal krusial berikutnya yang harus diperhatikan adalah POLA MEMBERI. Standard yang sudah Tuhan tetapkan yaitu :

1. MEMBERI DENGAN SIKAP HATI YG SUKARELA DAN SUKACITA.
Prinsip ini sudah mutlak, menjadi starting awal dimulainya keakuratan dalam pola memberi. Seringkali banyak orang beranggapan bahwa memberi identik dengan uang. Padahal uang hanya salah satu sarana wujud pemberian. Ada begitu banyak wujud pemberian yang lain misalnya tenaga, pikiran, perhatian, bahkan doa, dan lain-lain.

Terlepas dari apapun wujud pemberian, pastikan sebagai landasan sikap hati kita adalah sukacita dan sukarela.

2. MEMBERI DG CARA YANG SUDAH DITETAPKAN
Kejadian 4:3-7, dalam imajinasi saya, Kain begitu bersemangat merencanakan penyambutan acara 'persembahan' yang sudah diajarkan oleh Adam/Hawa. Katakanlah hari persembahan itu masih 6 bulan lagi, maka sebagai seorang petani tentu Kain sudah berpikir hendak mempersiapkan tanaman terbaiknya, dari pemilihan jenis tanaman sampai waktu tanamnya. Sebagai petani yang cakap tentu dia sudah memperhitungkan masa tanam sehingga ketika hari persembahan tiba maka tepat juga masa panennya.

Didalam prosesnya Kain dengan serius mempersiapkan hasil panen terbaiknya.

Saya teramat sangat yakin bahwa Kain sudah memiliki sikap hati yang sukarela dan sukacita dalam peristiwa persembahan. Hal ini terbukti setelah persembahan Kain tidak diindahkan Tuhan, dalam pasal ke 6 dan 7, Tuhan masih berfirman kepada Kain, memperingatkan Kain atau dengan kata lain memberi kesempatan kepada Kain untuk memperbaiki kekeliruannya. Namun sayangnya Kain juga tidak mengindahkan kemurahan hati Tuhan.

Terlepas dari sikap hati Kain, 'Cara', 'Pola' atau 'Standard' yang Tuhan sudah tetapkan tidak bisa ditawar, harus ada PENGORBANAN DARAH.

Puji Tuhan, YESUS telah rela menanggung semua hal tersebut dengan darahNya yang tak ternilai. Sehingga sejak peristiwa Yesus, manusia tidak lagi melakukan pengorbanan darah. Akan tetapi prinsip 'MEMBERI = BERKORBAN' tetap berlaku.

Bisa dibayangkan kalau Yesus tidak menebus prinsip pengorbanan darah, maka pasti banyak muncul orang orang seperti Ayub yang berlaku 'menyogok' Tuhan. Ayub ditengah kekayaannya selalu mengadakan persembahan pengorbanan darah ketika anak anaknya melakukan kekeliruan. Ayub memanfaatkan pola Tuhan dalam persembahan darah pada jaman 'perjanjian lama' ketimbang membenahi kekeliruan anak anaknya.

Terbayang juga apabila prinsip pengorbanan darah masih berlaku, maka hanya orang orang yang mampu saja yang dapat memberi. Sebab memberi haruslah dari apa yg ia punyai. Bagaimana mungkin seorang miskin yang tidak memiliki domba dapat melakukan persembahan darah? Bersyukur Yesus hadir menyempurnakan hukum memberi melalui pengorbanan darahNya, sehingga setiap orang memiliki HAK untuk memberi. Orang paling miskin menurut ukuran dunia sekalipun, janda di Sarfat yang hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak yang merupakan makanan terakhir keluarganya, masih bisa memberi. 

Janda rela memberi, janda rela mengorbankan kepunyaannya, bukan hanya uangnya (tepung dan minyak), dia harus rela mengeluarkan tenaga untuk mencari kayu bakar dan mengerahkan skill (keahlian) untuk membuat roti untuk Elia, sehingga sebagai akibatnya sang janda menerima porsi berkat yang Tuhan sudah sediakan atas dia dan seisi rumahnya. Sebelum Tuhan mengubahkan fakta kehidupannya, sang janda sudah mendapatkan porsi terbaik didalam dimensi rohani yaitu dia sudah bertindak sebagai orang paling terhormat dan berkenan dihadapan Tuhan.

Pada jaman sekarang, ada begitu banyak orang yang 'memanfaatkan' tangan orang lain untuk memberi, dengan kata lain mereka memberi tetapi tidak dari kepunyaan mereka. Mereka menghindar untuk berkorban. Padahal Tuhan telah menyatakan pola memberi yaitu selalu ada pengorbanan, Tuhan selalu bertanya 'apa yang ada padamu'?

Yang mereka lakukan bukanlah prinsip memberi, tetapi sebagai delivery service. Upah seorang delivery service hanyalah tips yaitu wujud belas kasihan dari tuannya. Tips bisa ada, bisa tidak. Tuhan tidak berkewajiban memberkati orang yang hanya delivery service. (Ps. Steven Agustinus)