Sebagai remaja, Rachel Joy Scott memilih untuk memberikan hidupnya pada Tuhan Yesus Kristus. Tidak sekedar menjadi Kristen, ia bahkan memilih untuk menghidupi apa yang ia percayai sekalipun ia diejek dan ditinggalkan oleh teman-temannya.
Rachel adalah putri dari Darrell Scott dan Beth Nimmo, namun kedua orangtuanya tersebut bercerai di tahun 1989 walau keduanya tetap menjaga hubungan baik dan berbagi hak untuk mengurus ke lima anak mereka. Diusianya yang ke 13, Rachel mengunjungi gereja pamannya dan menyerahkan hidupnya pada Kristus. Di tahun Natal 1993, Rachel menerima hadiah ulang tahun dari ibunya, yaitu sebuah jurnal yang kemudian akan menjadi saksi perjalanan hidupnya yang singkat. Rachel menjadi siswi di Columbine High School pada tahun 1995, dia suka dengan fotografi dan drama.
Mati muda
Entah mengapa Rachel merasa bahwa dirinya akan mati muda. Dia pernah mengungkapkan itu kepada temannya bahwa dia tidak akan pernah menikah dan tidak akan hidup lebih dari 20 tahun. Satu tahun sebelum kematiannya ia menuliskan dalam jurnalnya, "Ini tahun terakhir saya Tuhan. Saya harus melakukan apa yang bisa saya lakukan. Terima kasih."
Beberapa tulisannya yang lain menyatakan kepada Tuhan, "Aku ingin Engkau memakaiku untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau."
Dalam diary yang ada di tasnya saat penembakan terjadi ia menuliskan:
"Tuhan akan memakai saya untuk menjangkau anak-anak muda, aku tidak tahu bagaimana, aku tidak tahu kapan."
Kematian yang mengenaskan
Di usianya yang ke 17, di musim panas pada 20 Agustus 1999, Rachel saat itu sedang makan siang di halaman sekolahnya bersama temannya Richard Castaldo. Namun tiba-tiba dua orang remaja yang juga sering mengejek imannya, yaitu Eric Harris dan Dylan Klebold mendekati mereka dengan senjata di tangan dan langsung menembaki mereka.
Delapan peluru bersarang di tubuh Richard dan dia terkapar dan berpura-pura mati, sedangkan Rachel ditembak sebanyak 3 kali dan berusaha menjauhi pelaku. Namun Eric dan Dylan mendekatinya dan menjambak rambutnya lalu bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih percaya pada Tuhan?" Sambil menatap mata si pelaku penembakan Rachel menjawab, "Kamu tahu bahwa saya percaya." Lalu penembaknya berkata, "Kalau begitu, temuilah dia" dan menembak kepala Rachel.
Hari itu adalah kasus penembakan masal di sekolah pertama kali di Amerika Serikat, dan selain Rachel, ada 12 orang yang tewas, 24 orang luka-luka dan kedua pelaku penembakan melakukan bunuh diri. Richard yang mengalami 8 tembakan berhasil diselamatkan, namun mengalami kelumpuhan.
Warisan Rachel
Saat acara penguburan Rachel, 2000 orang hadir dan bahkan disiarkan langsung oleh saluran televisi CNN dan penontonnya lebih banyak dari mereka yang menonton penguburan Lady Diana. Mengapa?
Kisah tentang hidup Rachel dan kasihnya kepada Tuhan dengan cepat menyebar luas. Di halaman pertama jurnalnya ia menuliskan doa bagaimana ia bersyukur atas hidupnya, untuk kelahiran Yesus Kristus dan juga untuk keluarga dan teman-temannya. Selama 16 bulan ia menulis di jurnalnya tentang apa yang ia pikirkan, doanya, dan juga pengalaman hidupnya.
Dia mencatatkan bagaimana dia membuat siswa baru merasa diterima, dan menawarkan persahabatan kepada murid-murid yang tidak dipandang dan pendiam, mereka yang mengalami bullying dan juga murid yang memiliki kekurangan fisik. Rachel menawarkan kepada mereka persahabatan dan dukungan.
Satu bulan sebelum Rachel tewas, dia menulis esai untuk tugas sekolah berjudul "My Ethics; My Codes of Life" dimana dia mengungkapkan bahwa belas kasihan adalah bentuk kasih yang terbesar yang bisa ditunjukkan oleh manusia kepada sesamanya dan bagaimana dia berusaha melihat kebaikan dalam diri semua orang yang ia temui dalam hidupnya. Dalam esai tersebut ia juga menuliskan:
"Definisi saya untuk belas kasihan adalah mengampuni, penuh kasih, suka menolong, memimpin dan menunjukkan kemurahan hati kepada orang lain. Saya memiliki teori ini, jika satu orang bisa pergi keluar dan menunjukkan belas kasihan maka hal itu akan memulai sebuah reaksi berantai untuk orang lain melakukan yang sama. Orang-orang tidak pernah tahu bagaimana hasil dari sebuah kebaikan kecil."
Memoriam
Satu tahun setelah kematiannya, ayah dan ibu Rachel berkolaborasi menulis buku berjudul "Rachel's Tears" yang terinspirasi oleh isi jurnal putri mereka dan bagaimana dampak kematiannya dalam hidup mereka. Setelah itu ada dua buku lagi yang dirilis yaitu "Rachel Smiles: The Spiritual Legacy of Columbine Martyr Rachel Scott" dan "The Journals of Rachel Joy Scott: Journey of Faith at Columbine High."
Kisah kehidupan dan kematian seorang remaja bernama Rachel Scott telah mengubah hidup banyak orang, bahkan pada Oktober tahun 2016 ini film tentang kisah hidupnya telah dirilis dan masuk dalam box office, dengan judul "I'm Not Ashamed".
Setelah membaca kisah Rachel ini pertanyaannya adalah : "Apakah Anda sudah menunjukkan iman seperti seorang remaja ini?" Mari hidupi iman kita, dan tunjukkan belas kasihan kepada semua yang kita temui sehingga mereka bisa melihat Tuhan yang hidup di dalam kita.